Selasa, 11 November 2014

EDITORIAL BISNIS: Jangan Lupakan Investor Lokal


Editor   -   Rabu, 12 November 2014, 07:27 WIB
PRESIDEN Joko Widodo sepertinya sukses menyihir panggung KTT APEC 2014. Aksi ‘jualan’ ala Jokowi mampu mencuri perhatian para investor di kawasan Asia Pasifik.
Pertemuan bilateral dengan sejumlah kepala negara, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden China Xi Jinping, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Presiden Rusia Vladimir Putin, hingga Presiden Vietnam Truong Tan Sang juga membuahkan sejumlah janji yang bakal memuluskan investasi di Tanah Air.
Sebagai permulaan, RI dan China bahkan sudah meneken 12 nota kesepahaman kerja sama (Memorandum of Understanding/MoU) di berbagai sektor, a.l. logistik, transportasi, pertambangan, energi, industri gula tebu, dan kawasan industri, pada Minggu (9/11) di sela-sela acara temu bisnis pengusaha Indonesia dan pengusaha Negeri Panda.

Sekali lagi, aksi jualan proyek infrastruktur ala Jokowi pantas diapresiasi. Namun, jangan sampai, investor dalam negeri hanya bisa gigit jari.

Dapat ditebak, pascapertemuan 21 ekonomi APEC tersebut, arus investasi yang masuk di Tanah Air bakal mengalir lebih deras dan bermuara ke segala sektor, terutama sektor-sektor yang kerap menjadi ‘barang dagangan’ Jokowi.
Geliat investasi di Tanah Air ini sejalan dengan hasil survei PricewaterhouseCoopers (PwC) terhadap lebih dari 600-an CEO anggota 21 ekonomi APEC yang dirilis awal pekan ini di Beijing, di mana RI menempati urutan ketiga di antara ekonomi APEC sebagai negara yang investasinya bakal tumbuh paling pesat dalam 12 bulan ke depan.
Sebagai negara tujuan investasi, masih menurut survei itu, Indonesia digadang-gadang bakal menempati posisi keempat sebagai magnet investasi bisnis, setelah China, Amerika Serikat, dan Australia.
Ini tentu kabar gembira bagi Indonesia. Pemerintahan Jokowi memang tengah getol membangun sejumlah proyek infrastruktur di Tanah Air a.l. sektor infrastruktur, maritim, industri manufaktur, pembangunan jalan tol, hingga pembangunan kilang.
Pada saat yang sama, kendati telah mengalokasikan sebagian anggaran hasil penghematan dana subsidi dalam APBN 2015, Indonesia masih didera keterbatasan anggaran untuk membangun infrastruktur itu. Dalam kondisi ini, investasi asing yang masuk bak angin segar dan jelas akan sangat dinanti-nantikan.
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), sampai triwulan III/2014 (Januari-September), realisasi investasi di Tanah Air telah mencapai Rp342,7 triliun, atau 75,1% dari target 2014. Realisasi investasi itu mencakup penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp114,4 triliun dan penanaman modal asing (PMA) Rp228,3 triliun.
Dapat dipastikan realisasi investasi bisa mencapai target dengan mudah, atau bahkan melampaui target yang sudah ditetapkan dengan kontribusi terbesar dari sektor PMA.
Apalagi, dalam berbagai kesempatan di sela-sela pertemuan APEC itu, Jokowi kerap berjanji meniadakan berbagai hambatan untuk mempermudah masuknya investasi asing di dalam negeri, salah satunya soal perizinan.
Mantan Walikota Solo itu bahkan menargetkan proses perizinan bakal mulus dalam kurun tiga hingga enam bulan ke depan. Dia juga membuka komunikasi yang cair dengan para investor. “Kalau ada masalah bisa telepon ke menteri. Kalau masih tidak ditanggapi, telepon ke presiden langsung.”
Kendati disampaikan dengan gaya candanya yang khas, tentu saja gaya komunikasi yang lebih luwes itu disambut antusiasme para pengusaha. Namun, di tengah semangat
jualan itu, muncul sebuah pertanyaan serius: di mana posisi investor lokal?
Terobosan Jokowi untuk membuka kesempatan berinvestasi seluas-luasnya kepada investor asing memang layak diapresiasi, tetapi jangan sampai melupakan investor lokal.
Bagaimanapun juga, investor lokal harus diberikan kesempatan yang pertama untuk membenamkan dananya, terutama di sektor-sektor strategis.
Pemerintah harus benar-benar memilah dan memilih sektor apa saja yang bisa dimasuki asing dan mana yang sama sekali harus tertutup untuk asing. Kalaupun boleh dimasuki, seberapa besar porsi asing di sektor itu dan bagaimana aturan mainnya. Ini penting untuk menjamin keberpihakan terhadap penanam modal domestik.
Sekali lagi, aksi jualan proyek infrastruktur ala Jokowi pantas diapresiasi. Namun, jangan sampai, investor dalam negeri hanya bisa gigit jari.

Source : Bisnis Indonesia (12/11/2014) http://koran.bisnis.com
Editor : Yusran Yunus
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar