Jumat, 21 November 2014

Mobilitas dan Investasi Lebih Baik, Kapal Ro-Ro Solusi Kemacetan Pantura



MACET - Truk kontainer keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok dan menyebabkan kemacetan. Kapal ro-ro adalah solusi mengurai kemacetan Pantura. (Foto: JM Foto/Firmanto Hanggoro)
MACET – Truk kontainer keluar masuk Pelabuhan Tanjung Priok dan menyebabkan kemacetan. Kapal ro-ro adalah solusi mengurai kemacetan Pantura. (Foto: JM Foto/Firmanto Hanggoro)

Semarang, JMOL ** Transportasi laut yang umum digunakan untuk mendistribusikan produk di Indonesia adalah kapal kargo umum, kapal kontainer, dan kapal roll on-roll off (ro-ro). Dari aspek mobilitas dan investasi uang, kapal ro-ro adalah pilihan terbaik.
“Dalam aspek mobilitas, kargo di kapal ro-ro dapat dipindahkan masuk dan keluar dari kapal itu sendiri, karena dibawa oleh truk. Metode ini benar-benar menghemat banyak waktu untuk kegiatan bongkar-muat,” ujar Iqbal, Ketua Bidang KajianTransportasi Maritim Asosiasi Pemuda Maritim Indonesia (APMI), mengutip paper terbaik The 9th International Conference on Marine Technology (Martec) yang ditulis Aditya R. Prabowo dan Ahmad F. Zakki, berjudul ‘The Investigation of Roll on-Roll off Truck Carrier Hull Design for Route Tanjung Priok Jakarta-Tanjung Perak Surabaya’.
Sementara di sisi lain, sambungnya, kargo umum dan kapal kontainer perlu lebih banyak waktu untuk melakukan bongkar-muat dari kapal, juga memuat ke truk yang akan mendistribusikan produk dari pelabuhan ke daerah lain.
“Dalam aspek investasi uang, kapal ro-ro adalah yang termurah dibandingkan dua pilihan lain, karena kapal ro-ro tidak perlu fasilitas pendukung, seperti gudang atau lapangan kontainer dan derek,” terang Iqbal.
Ia menjelaskan, Pulau Jawa merupakan pusat industri dan pemerintahan, dengan siklus industri yang berputar cepat. Pertumbuhan kendaraan mencapai titik 21 persen per tahun. Akibatnya, distribusi produk industri yang sebagian besar berbasis di Jakarta menuju pasar, terutama di wilayah Jawa, akan terus berlangsung.
“Sebagian besar, industri memilih moda transportasi darat untuk mengangkut produk melalui Pantura Road (Jalur Pantura—red). Akibatnya, volume kendaraan yang melewati Pantura begitu tinggi. Tak pelak, situasi ini menyebabkan banyak kecelakaan lalu lintas, kerusakan jalan, dan kemacetan pun terjadi,” ucapnya.
Menurut Iqbal, kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh kerusakan jalan, dan menyebabkan kemacetan. Demikian pula kerusakan jalan yang disebabkan volume kuat dari kendaraan melintas serta dapat menyebabkan kecelakaan dan kemacetan lalulintas. Kemacetan adalah hasil dari kerusakan pada kendaraan.
“Jalan dan lalu-lintas seperti truk kontiner berkontribusi besar terhadap kerusakan jalan di Pantura Road. Ini akan terus berlanjut dan mengakibatkan kerugian material, seperti keterlambatan dalam distribusi produk dan naiknya biaya bahan bakar. Situasi ini akan menjadi kendala tersendiri bagi pelaku industri untuk mengembangkan usahanya,” tutur Iqbal.
Lebih lanjut, Iqbal memaparkan, distribusi produk industri harus dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan murah. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, diperlukan gagasan penanggulangan. Sebagai Negara Maritim, transportasi laut berpotensi menjadi solusi kemaceta Pantura karena tingginya volume kendaraan industri.
“Perlu adanya sebuah gagasan dan masukan bagi berbagai sektor untuk dapat memperhatikan potensi kemaritiman yang dimiliki oleh Indonesia, serta untuk mengurangi berbagai kecelakaan yang sering terjadi di Kawasan Pantura, karena Pantura merupakan salah satu wilayah yang rawan kecelakaan,” katanya.
Kapal ro-ro dapat menggantikan jalur truk Jakarta-Surabaya yang biasa menggunakan Jalur Pantura. Truk-truk tersebut berkekurangan, di antaranya waktu mencapai tujuan yang memakan waktu lama karena laju kecepatan truk lambat. Belum lagi kemacetan dan tambahan waktu supir untuk beristirahat. Jalur darat juga cenderung rawan kecelakaan lalu-lintas akibat sopir truk yang kurang fit, dikarenakan kurang istirahat.
Paper mendesain lima bentuk lambung kapal ro-ro pengangkut truk yang kemudian dipilih satu lambung terbaik. Kelima lambung kapal dibedakan berdasarkan nilai koefisien blok antara 0.48-0.51 dengan ukuran utama yang sama.
Pemilihan lambung terbaik dipilih berdasarkan hambatan kapal yang rendah, stabilitas, dan olah gerak kapal (seakeeping) yang bagus. Standar stabilitas yang digunakan adalah standar IMO A.749(18). Perhitungan seakeeping fokus pada Motion Sickness Incidence (MSI), slamming, dan deck wetness menggunakan standar Nordforks ’87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar