- Selasa, 25 November 2014, 12:07 WIB
Bisnis.com Peti kemas.
Bisnis.com, SERANG—Pelaku usaha
logistik Provinsi Banten meminta pemerintah untuk memperbaiki sistem
logistik di wilayah ini dengan menerapkan sistem integrasi hub storage, long distance transport, dan feeder untuk menakan biaya tinggi.
Cahyo
Hendro Atmoko, Business Development Manager PT Buana Centra Swakarsa
(BCS Logistics), mengatakan kendati biaya bongkar muat di pelabuhan
Banten jauh lebih murah dibandingkan dengan Jakarta, Surabaya, dan
Semarang, namun, tidak adanya sistem terintegrasi serta keseimbangan
barang masuk dan keluar menjadikan ongkos logistik lebih mahal.
“Biaya
penumpukan dan lainnya murah, namun, volume barang masuk tidak seimbang
dengan keluar mengakibatkan penggunaan kontainer tidak maksimal. Truk
datang dalam keadaan kosong tidak mengangkut barang, ini menyebabkan freight lebih mahal dari Tanjung Priok,” ujarnya di Serang, Senin (24/11/2014).
Saat
ini, ujarnya, dari 1.570 unit industri sedang dan besar yang ada di
Banten, volume ekspor hanya 4,45 juta ton, sementara volume impor
mencapai 19,125 juta ton per tahun. Ketidakseimbangan ini yang
meningkatkan ongkos logistik dari Banten.
Selain itu, lanjutnya, permasalahan ketersediaan kargo yang fluktuatif, integrasi intermoda yang menimbulkan double cost handling,
penyelesaian dokumen ekspor impor lebih lama dari ketentuan satu hari
namun pelaksanaan dua hingga tiga hari mengakibatkan industri lebih
memilih Tj. Priok.
Padahal, sebaran industri yang ditunjang dengan
infrastruktur jalan tol dan tiga pelabuhan besar yakni Pelindo II,
Krakatau Steel Group, dan Indah Kiat serta Bandara Internasional yang
menjadi pintu arus barang masuk dan keluar memposisikan Banten sebagai
kawasan pertumbuhan ekonomi yang vital.
Sejumlah permasalahan lain
yang harus segera diperbaiki oleh pemerintah untuk menekan ongkos
logistik melalui Banten, lanjutnya, adalah penambahan jumlah depo
kontainer. Saat ini, praktis Banten hanya memiliki dua depo, yaitu di
Kragilan, Kab. Serang dan milik PT Indah Kiat.
Selain itu,
lanjutnya, fungsi Pelabuhan Merak juga dapat direvitalisasi dengan
penambahan depo kontainer, perbaikan infrastruktur serta penambahan
jumlah destinasi negara tujuan ekspor. Destinasi negara melalui Merak,
ujarnya, masih sangat terbatas.
“Butuh keberanian untuk memulai.
Untuk meningkatkan aktivitas pelabuhan-pelabuhan di Banten, pemerintah,
misalnya, dapat mengeluarkan imbauan agar industri di Banten menggunakan
pelabuhan yang ada di wilayah ini,” ujarnya.
Nofrisel, Executive
Board Asosiasi Logistik Indonesia, mengatakan untuk memperlancar arus
barang, desain pembangunan infrastruktur untuk logistik di Banten harus
disesuaikan dengan komoditas unggulan yang dimiliki banten.
“Misalnya,
produk unggulan di Banten adalah Baja dan tekstil, maka infrastruktur
yang disiapkan harus sesuai dengan karakter barang-barang tersebut.
Pasalnya, penanganan yang diberikan kepada sejumlah barang
berbeda-beda,” ujarnya.
Jika hal tersebut terlaksana, ujarnya,
maka akan tercipta efisiensi. Menurutnya, kombinasi antara pemerintah
dengan pihak swasta dalam merancang sistem logistik daerah sangat
dibutuhkan. Karena, kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah berimbas
langsung pada aktivitas pelaku usaha.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar