by Anwar Iqbal
Jakarta, JMOL ** Aura maritim sedang bergema di
seantero negeri, seiring visi Presiden Jokowi menjadikan Indonesia
sebagai Poros Maritim Dunia. Negeri dengan duapertiga wilayahnya berupa
laut dan memiliki 17.508 pulau ini dipandang telah lama meninggalkan
Laut. Padahal, sejarah telah membuktikan, dengan kekuatan Laut, kerajaan
Nusantara, Sriwijaya dan Majapahit, telah menjadi superpower di masanya.
Meski demikian, ide Poros Maritim Jokowi dipandang masih sebatas
slogan, lantaran belum adanya penjelasan utuh tentang apa dan bagaimana
bentuk Poros Maritim yang akan diwujudkan. Ide Poros Maritim masih
menjadi diskursus hangat di antara para pakar, politisi, birokrat,
maupun praktisi yang bergelut dengan dunia maritim.
Banyak pemikiran yang muncul tentang bagaimana membangun kemaritiman
Indonesia. Salah satunya dari teknokrat senior dan mantan birokrat di
Badan Pembangunan Nasional (Bappenas), Son Diamar.
Menurut Sondi, sapaan akrabnya, untuk merealisasikan Poros Maritim Dunia perlu memperhatikan lima pilar negara maritim.
Pilar pertama, membangun SDM melalui penataan kembali
kurikulum pendidikan, mulai dari level PAUD hingga perguruan tinggi,
agar materi pelajaran bermuatan cukup pengembangan kognitif, efektif,
dan psikomotorik bagi peserta didik, menjadi manusia Bangsa Maritim,
yang siap membangun negara, tidak hanya berbasis darat, tetapi juga
laut.
“Indonesia sebagai Negara Kepulauan terbesar di dunia sangat layak
dan bisa menjadi pusat Iptek kelautan tropikal terkemuka di dunia,”
urainya.
Pilar kedua adalah membangun Ekonomi Maritim, antara lain
industri pelayaran dan perkapalan yang bisa menjadi terkemuka di dunia,
energi berbasis laut (gas dan listrik arus laut), industri perikanan
berbasis tangkap dan budidaya yang bisa menjadi salah satu terkemuka di
dunia, dan pariwisata bahari yang bisa menjadi kawasan tujuan wisata
terkemuka di dunia, mengingat ternyata 70 persen pariwisata dunia
berkaitan dengan laut.
Selanjutnya, pilar ketiga, penataan ruang dan lingkungan
yang harus berbasis ‘geografi sejati’ sebagai Negara Kepulauan, karena
lokasi strategis Indonesia yang berada di pertengahan jalur perdagangan
dunia. Setidaknya, Indonesia bisa memiliki empat kota bandar dunia atau global hub yang memiliki pelabuhan internasional dan kawasan industri mancanegara sekelas Singapura dan Hongkong.
“Jadi, dalam proses globalisasi, Indonesia tidak patut cengeng takut
terjajah perusahaan global, tetapi sebaliknya, menangkap peluang
perusahaan global utk berada di negeri kita. Mereka kita layani, menjadi
lebih beruntung, dan tentu akan menguntungkan Indonesia, baik
finansial, ekonomi, maupun diplomasi antar-bangsa.
Tata-ruang penting lain adalah mengembangkan sistem kota-kota global,
besar, menengah, dan kecil, yang terintegrasi darat dan laut, serta
terhubungkan dalam sistem sarana, prasarana, dan pelayanan produksi dan
distribusi. Selain itu, diperlukan tata-kelola lingkungan yang terjaga
secara terintegrasi dari puncak gunung (catchment area air) sampai di laut, sesuai peruntukan ruang dan bakat alam.
Badan Keamanan Laut dan Pantai
Pilar keempat, membangun pertahanan dengan kekuatan memadai,
bukan minimum, yang terintegrasi antara darat, laut, dan udara. Dalam
hal keamanan, sebagai negara dengan laut terluas di dunia, Indonesia
harus memiliki pasukan kelima, yaitu Badan Keamanan Laut dan Pantai yang
merupakan pengintegrasian sekurangnya 10 tugas pokok keamanan laut
dalam satu institusi.
“Single institution, single command, multi-mission,” terangnya.
Sedangkan pilar kelima adalah pengembangan sistem hukum
maritim. Perlu penyeimbangan komposisi hukum darat dan hukum laut agar
sesuai kebutuhan, baik di darat maupun di laut. Saat ini, sistem hukum
lebih didominasi oleh hukum darat.
Untuk membangun pilar-pilar tersebut, diperlukan sebuah lembaga
maritim yang mengkoordinasikan semua kementerian dan institusi terkait
lain, termasuk pemda untuk merumuskan kebijakan pembangunan lima pilar
tersebut.
“Lembaga ini harus kuat, yang maksimum Menko, yang medium Meneg,
dengan tugas hanya kebijakan, tanpa jadi eksekutor. Di bawah menteri ada
deputi, bukan Dirjen. Deputi untuk masing-masing pilar,” jelas Sondi.
Sumber: http://jurnalmaritim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar