Jumat, 21/11/2014 17:22 WIB
Jakarta -Di perairan Berau Kalimantan Timur
(Kaltim) kerap ditemukan beroperasi para nelayan asing dari Malaysia dan
Filipina dengan ukuran perahu kecil. Namun jumlahnya mencapai ratusan,
sehingga merugikan potensi kelautan Indonesia lewat aksi pencurian dan
perusakan laut.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan para pencuri ikan skala kecil ini biasa disebut 'Manusia Perahu'. Namun di balik mereka, ada bandar besar yang menampung hasil tangkapan ikan mereka di kawasan perbatasan.
"Jadi pengepulnya itu adalah kapal besar dan modus-modus operandi kapal kecil seperti ini, juga ada kapal besar di perbatasan yang menunggu, hasil tangkapan mereka," kata Susi di acara konferensi pers di kantornya, Jumat (21/11/2014).
Ia mengatakan selama ini penanganan manusia perahu hanya dipulangkan begitu saja. "Jarang ada penahanan atau apapun juga," katanya.
Susi mengatakan meski kapal-kapal manusia perahu ini kecil-kecil namun relatif lebih besar dari kapal-kapal kecil milik nelayan di Indonesia.
"Di Berau (Kaltim) itu perahunya lebih kecil dari itu. Jadi perahunya malah setengah. Nelayan Indonesia rata-rata di pulau itu perahunya perahunya 5-10 GT," katanya.
Susi mengatakan para nelayan manusia perahu ini menangkap berbagai ikan seperti napoleon, kerapu dalam jumlah kecil. Namun bila digabungkan dari ratusan perahu, jumlahnya sangat besar.
"Tapi untuk yang jemput itu 300 GT. Besar. Dia keliliing pulau-pulau kecil se-Indonesia. Pakai bendera Hong Kong. Memang kapal Hong Kong. Ekspornya jelas tidak terdata," katanya.(hen/hds)
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti mengatakan para pencuri ikan skala kecil ini biasa disebut 'Manusia Perahu'. Namun di balik mereka, ada bandar besar yang menampung hasil tangkapan ikan mereka di kawasan perbatasan.
"Jadi pengepulnya itu adalah kapal besar dan modus-modus operandi kapal kecil seperti ini, juga ada kapal besar di perbatasan yang menunggu, hasil tangkapan mereka," kata Susi di acara konferensi pers di kantornya, Jumat (21/11/2014).
Ia mengatakan selama ini penanganan manusia perahu hanya dipulangkan begitu saja. "Jarang ada penahanan atau apapun juga," katanya.
Susi mengatakan meski kapal-kapal manusia perahu ini kecil-kecil namun relatif lebih besar dari kapal-kapal kecil milik nelayan di Indonesia.
"Di Berau (Kaltim) itu perahunya lebih kecil dari itu. Jadi perahunya malah setengah. Nelayan Indonesia rata-rata di pulau itu perahunya perahunya 5-10 GT," katanya.
Susi mengatakan para nelayan manusia perahu ini menangkap berbagai ikan seperti napoleon, kerapu dalam jumlah kecil. Namun bila digabungkan dari ratusan perahu, jumlahnya sangat besar.
"Tapi untuk yang jemput itu 300 GT. Besar. Dia keliliing pulau-pulau kecil se-Indonesia. Pakai bendera Hong Kong. Memang kapal Hong Kong. Ekspornya jelas tidak terdata," katanya.(hen/hds)
Sumber: http://finance.detik.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar