Rabu, 23/05/2012
NERACA
Jakarta - Indonesia dinilai
dapat mencontoh sukses China menjadi negara industri yang berorientasi
ekspor. Namun, pemerintah harus terlebih dulu membenahi masalah pasokan
energi untuk sektor industri. Selain itu, pemerintah harus menghentikan
ekspor energi harus segera dihentikan.
“Agar Indonesia mempunyai
basis industri yang kuat seperti China, masalah energi harus segera
diatasi. Selain itu, ekspor bahan baku seperti batu bara dan gas harus
dihentikan,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Basis Industri Manufaktur
(BIM) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Panggah Susanto di Jakarta,
Selasa (22/5).
Menurut Panggah, di Negeri Tirai Bambu, masalah
energi menjadi perhatian utama pemerintahnya. Hal itu dilakukan agar
daya saing industri mereka terus meningkat. “Pasokan energi merupakan
fokus utama pemerintah China. Walaupun harganya mahal, pemerintahnya
berusaha memenuhinya bagi sektor industri,” ujarnya.
Panggah
berpendapat jika pemerintah tidak membenahi masalah energi, maka kinerja
ekspor tidak akan meningkat. “Masalah bahan baku dan pasokan energi
harus segera diperbaiki agar daya saing industri di Indonesia tidak
kalah dengan China. Selain itu, pendapatan negara jangan mengandalkan
ekspor bahan mentah,” paparnya.
Panggah menambahkan, seharusnya pengenaan bea keluar (BK) untuk ekspor barang tambang dan mineral tidak dikenakan 20%. “Sebaiknya BK ekspor tambang dan mineral tidak dipukul rata 20%. Pengenaan BK harus dilihat dari nilai tambah produk tambang serta mineral,” tuturnya.
Sementara itu,Mantan duta besar Republik Indonesia untuk China, Sudrajat, mengatakan negara China tumbuh menjadi negara maju berkat penguasaan teknologi dan sistem perpajakan yang Flexibel untuk pengusaha dalam negeri. "China, untuk tumbuh menjadi negara maju, misalnya menjadi high income country itu memerlukan teknologi. Sekarang saja negara itu masih under industri," kata Sudrajat.
Menurut dia untuk masuk kepada negara dengan tingkat pendapatan menengah memerlukan pendapatan domestik bruto (PDB) per kapita sekitar US$ 10 ribu. Sedangkan PDB per kapita Indonesia pada akhir 2011 masih berada di angka US$ 3.500. Dia menjelaskan untuk meningkatkan jumlah PDB perlu dilakukan industrialisasi dimana hal itu membutuhkan masyarakat Indonesia untuk menguasai teknologi.
"Teknologi tidak akan berkembang tanpa infrastruktur, baik infrastruktur fisik maupun teknologi. Untuk infrastruktur teknologi diantaranya pendidikan, sehingga bangsa ini memerlukan pendidikan maju, dan itu yang harus dipacu," tegas Sudrajat.
Jika hal itu tidak dilakukan, maka menurut dia Indonesia tidak akan bisa memajukan PDB per kapita karena selama ini hanya mengandalkan penjualan sumber daya alam. "Sejak 70-an kemajuan Indonesia banyak diangkat oleh hasil sumber daya alam (SDA), dan ini harus diubah. Sumber daya alam yang ada harus menjadi modal bagi masyarakat untuk berpengetahuan teknologi, sehingga bisa memproduksi teknologi yang canggih," tambah dia.
Sumber: http://www.neraca.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar