16 January 2014 | 04:45
Dear Mr. Jokowi,
Salam 7 Samudera dari kami Pelaut Indonesia yang telah mengarunginya,
Kami memang komunitas yang jarang diperbincangkan, karena memang kami bukan artis.
Pamor kami memang tidak setenar TKI yang bekerja ditimur tengah dengan berbagai masalahnya, tapi kami juga Pahlawan Devisa.
Kami memang komunitas yang jarang diperbincangkan, karena memang kami bukan artis.
Pamor kami memang tidak setenar TKI yang bekerja ditimur tengah dengan berbagai masalahnya, tapi kami juga Pahlawan Devisa.
Sebagian dari kami adalah Nahkoda kapal yang harus tetap tegar diterjang Topan dan Badai,
Tapi kami bukan apa-apa dibanding Bapak yang menjadi Nahkoda Ibukota Jakarta
Bila Tuhan berkehendak tak ada yang tak mungkin untuk membawa anda menjadi Nahkoda Kapal yang bernama “Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Sebagai penumpang Kapal yang anda pimpin, kami menpercayakan Nasib, Keselamatan, dan Kesejahteraan Pelaut Indonesia ditangan Anda.
Tapi kami bukan apa-apa dibanding Bapak yang menjadi Nahkoda Ibukota Jakarta
Bila Tuhan berkehendak tak ada yang tak mungkin untuk membawa anda menjadi Nahkoda Kapal yang bernama “Negara Kesatuan Republik Indonesia”.
Sebagai penumpang Kapal yang anda pimpin, kami menpercayakan Nasib, Keselamatan, dan Kesejahteraan Pelaut Indonesia ditangan Anda.
Pa Jokowi, kami Pelaut Indonesia bukan maksud mencari sensasi, dan bukan
pula kami ingin minta balasan atas sumbangsih kami memburu dolar untuk
lumbung padi yang dinamakan devisa,
Saat menuliskan surat ini hati kami sedang Galau, karena sampai saat ini
Nahkoda dan Para Perwira Kapal yang bernama “Indonesia” masih belum
juga meratifikasi Kado dari International Labor Organization dan
International Maritime Organization yang dinamakan MLC 2006 (Maritime Labor Convention 2006) entah apa alasannya, padahal MLC 2006 sangat berarti bagi nasib dan masa depan kami.
MLC 2006 adalah Payung Hukum Internasional bagi kami Pelaut Indonesia dan,
MLC 2006 adalah Perlindungan dan Keamanan Bagi kami. Tolak ukur Mutu
Kualitas Pelaut Indonesia dan MLC 2006 adalah Impian Kesejahteraan
Keluarga Seluruh Pelaut Indonesia.
Bukan cara kami turun kejalan demo untuk meminta kenaikan upah, kami
tidak ingin menambah beban kemacetan warga Jakarta karena besarnya
jumlah komunitas profesi kami dan standar upah kami sudah diatur oleh
peraturan Internasional yang kami mohon untuk segera diratifikasi (MLC
2006).
Pa Jokowi, inilah curahan hati kami Pelaut Indonesia yang memang awam
dalam soal Trik dan Intrik Politik, kami hanya ingin diperhatikan
seperti warga negara yang berprofesi lainnya.
Semoga Tuhan yang Maha Kuasa bisa menggugah hati para penguasa dinegeri
ini untu bisa menilik keberadaan kami dan memperhatikan nasib kami,
Pelaut Indonesia.
Salam Hormat dengan Penuh Harapan dari Pahlawan Devisa yang terlupakan, Pelaut Indonesia.
Sumber: http://jakarta.kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar