Semarang, JMOL ** Transportasi laut yang umum
digunakan untuk mendistribusikan produk di Indonesia adalah kapal kargo
umum, kapal kontainer, dan kapal roll on-roll off (ro-ro). Dari aspek
mobilitas dan investasi uang, kapal ro-ro adalah pilihan terbaik.
“Dalam aspek mobilitas, kargo di kapal ro-ro dapat dipindahkan masuk
dan keluar dari kapal itu sendiri, karena dibawa oleh truk. Metode ini
benar-benar menghemat banyak waktu untuk kegiatan bongkar-muat,” ujar
Iqbal, Ketua Bidang KajianTransportasi Maritim Asosiasi Pemuda Maritim
Indonesia (APMI), mengutip paper terbaik The 9th
International Conference on Marine Technology (Martec) yang ditulis
Aditya R. Prabowo dan Ahmad F. Zakki, berjudul ‘The Investigation of
Roll on-Roll off Truck Carrier Hull Design for Route Tanjung Priok
Jakarta-Tanjung Perak Surabaya’.
Sementara di sisi lain, sambungnya, kargo umum dan kapal kontainer
perlu lebih banyak waktu untuk melakukan bongkar-muat dari kapal, juga
memuat ke truk yang akan mendistribusikan produk dari pelabuhan ke
daerah lain.
“Dalam aspek investasi uang, kapal ro-ro adalah yang termurah
dibandingkan dua pilihan lain, karena kapal ro-ro tidak perlu fasilitas
pendukung, seperti gudang atau lapangan kontainer dan derek,” terang
Iqbal.
Ia menjelaskan, Pulau Jawa merupakan pusat industri dan pemerintahan,
dengan siklus industri yang berputar cepat. Pertumbuhan kendaraan
mencapai titik 21 persen per tahun. Akibatnya, distribusi produk
industri yang sebagian besar berbasis di Jakarta menuju pasar, terutama
di wilayah Jawa, akan terus berlangsung.
“Sebagian besar, industri memilih moda transportasi darat untuk mengangkut produk melalui Pantura Road (Jalur Pantura—red).
Akibatnya, volume kendaraan yang melewati Pantura begitu tinggi. Tak
pelak, situasi ini menyebabkan banyak kecelakaan lalu lintas, kerusakan
jalan, dan kemacetan pun terjadi,” ucapnya.
Menurut Iqbal, kecelakaan lalu lintas dapat disebabkan oleh kerusakan
jalan, dan menyebabkan kemacetan. Demikian pula kerusakan jalan yang
disebabkan volume kuat dari kendaraan melintas serta dapat menyebabkan
kecelakaan dan kemacetan lalulintas. Kemacetan adalah hasil dari
kerusakan pada kendaraan.
“Jalan dan lalu-lintas seperti truk kontiner berkontribusi besar
terhadap kerusakan jalan di Pantura Road. Ini akan terus berlanjut dan
mengakibatkan kerugian material, seperti keterlambatan dalam distribusi
produk dan naiknya biaya bahan bakar. Situasi ini akan menjadi kendala
tersendiri bagi pelaku industri untuk mengembangkan usahanya,” tutur
Iqbal.
Lebih lanjut, Iqbal memaparkan, distribusi produk industri harus
dilakukan dengan lebih mudah, cepat, dan murah. Untuk memenuhi kebutuhan
tersebut, diperlukan gagasan penanggulangan. Sebagai Negara Maritim,
transportasi laut berpotensi menjadi solusi kemaceta Pantura karena
tingginya volume kendaraan industri.
“Perlu adanya sebuah gagasan dan masukan bagi berbagai sektor untuk
dapat memperhatikan potensi kemaritiman yang dimiliki oleh Indonesia,
serta untuk mengurangi berbagai kecelakaan yang sering terjadi di
Kawasan Pantura, karena Pantura merupakan salah satu wilayah yang rawan
kecelakaan,” katanya.
Kapal ro-ro dapat menggantikan jalur truk Jakarta-Surabaya yang biasa
menggunakan Jalur Pantura. Truk-truk tersebut berkekurangan, di
antaranya waktu mencapai tujuan yang memakan waktu lama karena laju
kecepatan truk lambat. Belum lagi kemacetan dan tambahan waktu supir
untuk beristirahat. Jalur darat juga cenderung rawan kecelakaan
lalu-lintas akibat sopir truk yang kurang fit, dikarenakan kurang
istirahat.
Paper mendesain lima bentuk lambung kapal ro-ro pengangkut truk yang
kemudian dipilih satu lambung terbaik. Kelima lambung kapal dibedakan
berdasarkan nilai koefisien blok antara 0.48-0.51 dengan ukuran utama
yang sama.
Pemilihan lambung terbaik dipilih berdasarkan hambatan kapal yang rendah, stabilitas, dan olah gerak kapal (seakeeping) yang bagus. Standar stabilitas yang digunakan adalah standar IMO A.749(18). Perhitungan seakeeping fokus pada Motion Sickness Incidence (MSI), slamming, dan deck wetness menggunakan standar Nordforks ’87.
Sumber: http://jurnalmaritim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar