BISNIS
Rabu, 12 November 2014, 07:52
Siti Nuraisyah Dewi, Arie Dwi Budiawati
(ANTARA FOTO/Andika Wahyu)
Dia mencontohkan, kapal eks Tiongkok. Di Tiongkok industri perkapalannya mendapatkan subsidi pemerintah dan ada anggaran yang harus dikeluarkan pemerintah Tiongkok untuk pemilik kapal subsidi.
"Secara ownership, China government punya share di boat," kata Susi di Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta, Selasa malam 11 November 2014.
Kalaupun akan diregistrasi dan di Indonesia menggunakan kapal berbendera Merah Putih, kemungkinan terjadinya penyelewengan pun masih ada. Inilah yang akan diverifikasi Kementerian Kelautan dan Perikanan bersama instansi pemerintah lainnya.
"Apakah betul (kapal) itu dibeli oleh Indonesia? Apakah ada pembayarannya? Apakah di Tiongkok masih tercatat?" kata dia.
Tak hanya masalah pembelian, Susi pun mulai "mencium" adanya ketidakberesan registrasi kapal. Dia merasakan adanya kapal "siluman" yang beredar di lautan Indonesia. Jumlah dan kapasitasnya pun lumayan besar.
"Beberapa hari ini kami konsolidasikan dengan pemain-pemain operator kapal-kapal asing. Ternyata ada lima kapal yang unregistered dari satu kapal yang registered. Jadi, kalau yang registered ada 1.200 kapal, yang unregistered 5 ribu. Ini big number dan rata-rata 100 GT (gross ton) ke atas," kata dia.
Heran ada yang menolak moratorium
Susi juga mengungkapkan keheranannya atas reaksi penolakan kebijakan moratorium izin kapal baru.
"Jadi, kok, heran moratorium ada yang marah," kata dia.
Susi mengatakan, bahwa banyak potensi yang "menguap" dari sektor ini. Dia mencontohkan, ada kapal lokal yang per tahunnya meraup pendapatan Rp3 miliar dari penangkapan ikan. Kapasitas kapalnya 70 GT.
Sementara kapal berukuran
besar, 100 GT, mendapatkan Rp20-25 miliar atau US$2,5 juta. Kalau
dikali dengan 5 ribu kapal, total pendapatan kapal itu US$12,5 miliar.
"Apa yang kita dapat? Nothing, zero. Employment juga tidak. Jadi aneh saya. Itu US$12,5 miliar kita dapat nothing dan tidak ada yang mikir," kata dia.
"Apa yang kita dapat? Nothing, zero. Employment juga tidak. Jadi aneh saya. Itu US$12,5 miliar kita dapat nothing dan tidak ada yang mikir," kata dia.
© VIVA.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar